DAFTAR ISI

Sabtu, 19 November 2011

pariwisata pulau komodo

Pulau Komodo

Kehadiran Taman Nasional Komodo yang menjadi salah satu nominator kompetisi voting populer “New 7 Wonder” saat ini cukup mengundang daya tarik. Kontroversi yang menyertai ajang tersebut tentu sama sekali tidak berpengaruh pada upaya-upaya intensif untuk terus menjaga kelestarian taman yang pada 1986 ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia.
Taman Nasional Komodo terletak antara Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ini mencakup tiga pulau besar yaitu  Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil dengan wilayah darat seluas 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km². Secara administratif kawasan ini terletak di dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian hutan oleh menteri Kehutanan dengan luas 132.572 Ha ini pada awalnya dibentuk dengan tujuan melestarikan spesies komodo atau kadal raksasa  yang unik dan langka.
Foto: Tempo/Supriyanto Khafid
Komodo yang dikenal dengan nama ilmiah Varanus komodoensis adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Oleh penduduk setempat, komodo kerap disebut Ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan pada 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional didirikan untuk melindungi mereka.
Foto: Tempo/Agus Hidayat
Sebenarnya daya tarik Taman Nasional Komodo tidak semata-mata oleh kehadiran Komodo belaka. Seperti yang saya kutip dari situs resmi Kementerian Kehutanan yang mengelola situs Taman Nasional Komodo ini, panorama savana dan pemandangan bawah laut merupakan daya tarik pendukung yang potensial. Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, dan camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati pemandangan alam yang sangat menawan merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan.
Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi antara lain:
1. Loh Liang: merupakan daerah konsesi wisata yang dikelola oleh PT. Putri Naga Komodo (PT. PNK). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, babi hutan, pengamatan burung, bermain kano dll.
2. Pantai Merah: merupakan pantai dangkal yang indah dengan terumbu karang yang menawan. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh turis yang berkunjung adalah snorkeling atau mandi matahari.
3. Loh Sebita: Loh Sebita merupakan daerah mangrove dan aktivitas yang cukup menarik untuk dilakukan adalah pengamatan burung serta trekking.
4. Loh Buaya: merupakan daerah konsesi wisata yang dielola oleh PT. Putri Naga Komodo (PT. PNK). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, kerbau, burung, monyet ekor panjang, kuda liar, pengamatan burung, bermain kano, dll.
5. Pulau Kalong: Aktivitas yang dapat dikunjungi antara lain pengamatan koloni kelelawar dalam jumlah yang cukup besar. Pengamatan paling menarik dilakukan pada saat sore hari dimana kelelawar mulai keluar untuk mencari makan.
6. Golo Kode: Dari puncak bukit yang dikenal dengan Golo Kode, pengunjung dapat menyaksikan panorama dan bentang alam yang cukup fantastik karena keterwakilan berbagai tipe ekosistem dapat disaksikan dari tempat ini.
7. Selat Molo: selat yang memiliki arus deras seperti air sungai yang mengalir pada saat pasang.
Terdapat 36 situs penyelaman di dalam kawasan TN. Komodo. Yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk menyelam dan snorkeling yakni: Pulau Tatawa, Pantai Merah, Gililawa Laut, Loh Dasami, Pillar Steen, Batu Bolong dan Taka Makasar.
Untuk mencapai tempat ini bisa dilakukan lewat jalan Lewat darat melalui Bali – Mataram (P. Lombok) – Bima – Sape (P. Sumbawa), kemudian diteruskan dengan perjalanan menggunakan kapal feri setiap hari menuju Labuan Bajo. Dari Labuan Bajo pengunjung dapat berkunjung ke Taman Nasional Komodo menggunakan kapal boat atau speedboat. Alternative lain adalah melalui udara, pengunjung dapat menggunakan transportasi udara dari Bali (Denpasar) menuju Labuan Bajo setiap hari dengan maskapai penerpangan yang ada diantaranya; Indonesian Air Transport (IAT), Merpati, dan Trigana Air.
Sumber bacaan: Situs www.dephut.go.id dan Wikipedia Indonesia
Baca juga blog Amril

keindahan pariwisata pilaw sabang

Menyusuri Keindahan Pulau Sabang PDF Print E-mail
ImageProvinsi Aceh menyimpan objek pariwisata yang menarik untuk didatangi, selain wisata budaya dan sejarah ada bebarapa objek wisata alam yang indah di sana. Salah satunya adalah wisata bahari yang dimilki pulau Sabang atau pulau weh. Terletak diujung barat Indonesia Sabang dikenal karena keindahan alam bawah lautnya dan pantai – pantai Indah yang dimilikinya.

Dari pelabuhan Feri Ulee Lheue Banda Aceh menuju pulau Sabang tersedia fery kecil dengan jadwal pemberangkatan dua kali sehari, waktu yang ditempuh kurang dari 1 jam . Terdapat pula fery besar yang dapat memuat mobil dengan jadwal sekali dalam sehari.

Sampai di pelabuhan fery di kota Balohan, penumpang kapal disambut dengan berbagai angkutan umum mulai dari ojek, becak motor, taxi plat kuning dan taxi plat hitam.

Sabang merupakan pulau kecil dengan luas 156,3 km², tetapi memiliki banyak pegunungan dengan puncak tertinggi 617 meter. Berbagai obyek ekoturisme yang sangat menarik terutama resor pantai, danau, mendaki gunung, air terjun dan menelusuri Goa alam terdapat di pulau kecil tersebut. Dan tentunya olahraga air yang menjadi andalan di Pulau ini wajib anda coba seperti, snorkeling, diving maupun fishing.

Di Sabang terdapat panorama taman bawah air yang indah. Pulau Sabang merupakan salah satu perairan yang ideal untuk olah raga selam/ diving. Malah taman laut di sini adalah salah satu taman laut terbaik di dunia. Pada hari libur antara bulan Mei sampai Agustus, banyak sekali turis asing yang berkunjung ke sini, untuk menyelam menikmati keindahan taman laut yang terdiri dari bermacam koral dan ikan laut yang berwarna-warni.

Wisatawan yang tak mahir menyelam bisa menyewa kapal menyusuri pulau Sabang, atau mandi di tepi pantai yang memiliki pasir putih dan ombaknya yang jernih.

Pantai Gapang

Image Pantai Gapang adalah salah satu dari beberapa rentetan pantai karang terindah di Pulau Sabang. Keindahan alamnya serta kelengkapan fasilitasnya tidak perlu disangsikan lagi. Untuk mencapai Pantai Gapang, Anda bisa melalui jalur darat dan laut. Lewat jalur laut—naik boat, Pantai Gapang berjarak 7 km dari Kota Sabang. Jika lewat darat, perjalanan dari Kota Sabang sekitar 20 km, yaitu dengan jalan beraspal dan cukup nyaman untuk dilalui.

Di Pagi hari suasana pantai terasa lebih hening dan nyaman. Pengunjung dapat menyaksikan keindahan sunrise yang penuh pesona. Di lokasi pantai banyak sekali terdapat tempat penginapan dengan harga terjangkau, juga ada tempat penyewaan Boat untuk menikmati Taman laut sabang. Untuk urusan makanan, pengunjung tidak perlu bingung. Di sepanjang pantai berjejer kedai makanan maupun kafe-kafe yang menjual berbagai makanan dan minuman.

Pantai ini juga memiliki dermaga yang cocok untuk berlabuh kapal layar/yacht. Pada tiap bulan September diadakan lomba kapal layar internasional dengan tajuk “Sabang International Regatta” yang diikuti puluhan kapal layar berbagai negara. Kawasan pantai ini cocok untuk persinggahan kapal layar/yacht untuk menikmati keindahan alam bawah laut pantai Gapang.

Pantai iboih

Image Kawasan pantai ini dilengkapi oleh motel terbangun dari konstruksi kayu dengan tampilan arsitektur tropis yang menarik. Di sini tersedia pula ruang konferensi yang langsung menghadap ke laut. Daerah ini dikembangkan dengan prasarana dan prasarana wisata yang memadai.

Pantai berikut yang wajib dikunjungi pantai Iboih yang merupakan surganya pecinta olah raga berenang di bawah laut atau “Diving”. Semua perlengkapan menyelam dapat disewa di sini. Kawasan ini dilingkupi hutan yang nampak sangat alami. Sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan wisatawan seperti kafe dan hotel telah tersedia dengan lengkap. Bagi turis yang hendak menikmati pemandangan bawah laut menyaksikan terumbu karang dan ikan warna warni, dapat menggunakan jasa perahu untuk mengantar sampai ke lokasi penyelaman di sekitar pulau Rubiah yang terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena keindahan ikan dan terumbu karangnya. Pulau Rubiah terletak dekat sekali dengan pantai Iboih.

Titik 0 Km Indonesia

Sabang dikenal sebagai lokasi terbarat dari wilayah Nusantara, meskipun kenyataannya titik kilometer nol terbarat Indonesia masih terletak beberapa kilo meter sebelah barat kota Sabang. Pada saat ini pun, di depan balai kota Sabang masih terdapat tugu yang pernah menjadi penanda lokasi titik nol terbarat Indonesia. Namun dengan berjalannya waktu rupanya letak tersebut dikoreksi sehingga dibangun lagi tugu penanda kilometer nol di ujung paling barat pulau Weh.

Image Lokasi tersebut terletak di hutan lindung “Murung Ujung”, yang semenjak tahun 1982 merupakan bagian dari suaka alam Indonesia dengan luas 34 km². Menuju lokasi kilometer nol pada sisi kiri dan kanan jalan nampak banyak monyet liar. Jalan menuju lokasi tugu penanda kilometer nol berliku liku, naik turun melewati medan yang berbukit. Pada saat kita berada di atas bukit dapat melihat panorama laut, perpaduan yang sangat indah antara warna hijau hutan lindung dan warna biru laut di kejauhan. Pada sisi kiri dan kanan jalan nampak beberapa kelompok monyet liar.

Ujung terbarat wilayah Indonesia tersebut merupakan tebing yang sangat curam, dengan ketinggian +350m di atas permukaan laut. Di sebelah barat terhapar samudera luas. Sebagai penanda tepat pada titik nol terbarat Indonesia, dibangun menara yang menjulang tinggi. Pada bagaian puncak manara nampak bertengger dengan gagahnya lambang negara kita Garuda Pancasila. Prasasti peresmian titik nol yang ditandatangani oleh Try Sutrisno tertanggal 9 September 1997 terdapat di ruang bagian bawah menara.

Posisi geografis Titik nol tersebut diukur dengan menerapkan teknologi satelit dengan “global positioning System” (GPS) oleh pakar BPPT dengan data sebagai berikut: 95ס 12’ 59,02’’ Bujur Timur dan 05 ס 54’ 21,99’’ Lintang Utara.

Bagi semua pengunjung yang sampai ke titik kilometer nol Indonesia, asalkan sebelumnya sudah lapor ke dinas pariwisata di Kota sabang, akan mendapakan Sertifikat yang ditandatangani oleh Walikota Sabang, sebagai bukti telah mengunjungi titik kilometer nol Indonesia. (*)

pariwisat a pantai indrayanti

PANTAI INDRAYANTI, Keindahan Ditengah Kontroversi





Sejak dahulu, Jogjakarta memang terkenal dengan kekayaan tempat wisatanya, baik itu wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam, kuliner dll.
Belum lama ini telah dibuka sebuah objek wisata pantai di Jogjakarta. INDRAYANTI , ya begitulah sebutan sebuah pantai yang baru dibuka untuk wisatawan yang akan berkunjung ke Jogjakartatimur Pantai Sundak. Meskipun pantai ini belum lama dikenal oleh masyarakat, namun Pantai Indrayanti memiliki keindahan yang tidak kalah dibandingkan dengan pantai-pantai lain di Indonesia yang sudah tersohor. ukuran Pantai ini tidak terlalu luas, hal tersebut membuat wilayah pantai tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan sehingga anda dapat menikmati keindahan alam sekitar pantai dengan lebih tenang dan maksimal.
Ketika pertama kali tiba di pantai ini, anda akan dibuat kagum dengan bersihnya pantai. Cukup berbeda dengan pantai-pantai lain di Gunungkidul yang kadang ditemukan tumpukan sampah di beberapa sudut pantai. Setelah ditelusuri ternyata di pantai ini terdapat larangan membuang sampah sembarangan, dan bagi para pengujung yang sengaja membuang sampah sembarangan akan diberikan denda. Pantas saja di beberapa sudut terdapat beberapa orang berjaga mengawasi pantai dan pengunjung.
Tebing karang disebelah barat juga terlihat indah, dimana dibeberapa bagian dapat digunakan sebagai olahraga panjat tebing. Selain itu, fasilitas pantai ini terbilang cukup lengkap, terdapat beberapa penginapan dengan bangunan khas pantai, rumah makan, rest area, mushola, dan gardu pandang.
Di pantai ini juga anda bisa bermain jetsky dan di pandu oleh orang-orang yang profesional. Jadi untuk anda yang ingin mencari tempat wisata yang baru tidak ada salahnya anda berkunjung ke Pantai Indrayanti ini dan menikmati keindahannya.
“Awal tahun 2011 ini Pantai Indrayanti menuai kontroversial dimana pengelola yang merupakan pihak swasta mengklaim bahwa area pantai telah dibeli dan menggunakan nama pribadi sebagai nama pantai yang dikelolanya. Penggunaan nama pribadi sebagai nama pantai dan tidak adanya izin merupakan salah satu pelanggaran pengelolanya.
Pelanggaran lain berupa pelanggaran hak atas tanah dimana tanah di Pantai Indrayanti merupakan Sultan Ground dimana tanah tersebut milik kraton Yogyakarta dan masyarakat hanya diberi hak untuk memanfaatkan tanah dan tidak dapat memindahtangankan kepemilikannya. Pemerintah berencana menutup pantai ini dalam waktu dekat karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola pantai Indrayanti” (sumber: antara news)
Dibalik pesona dan keindahan Pantai Indrayanti, sayang bila pantai ini ditutup sebagai objek wisata. Ditengah gencar-gencarnya promosi pariwisata di sejumlah daerah, kiranya pemerintah Gunungkidul harus bersikap mengatasi permasalahan ini dan memperhatikan kondisi objek wisata di wilayahnya yang semakin hari kurang diperhatikan sehingga diambil alih oleh pihak swasta. by jogjakarta.org

keidahan pariwisata singapur

Keindahan Pariwisata di Singapura

Terletak di bagian paling selatan Singapura, Pulau Sentosa hanya memiliki luas 465 hektar, tetapi terdapat potensi lebih dari yang terlihat. Di balik gagasan umum tentang sinar matahari yang berlimpah, pasir putih dan air sebening kristal, yang melengkapi pesona Sentosa adalah banyaknya kegiatan yang dapat dilakukan, pertunjukan serta situs-situs menarik, sebuah resor pulau yang bisa Anda nikmati.

Photo credtis - butterbeeee

Petualangan

Sentosa Luge dan Skyride adalah wahana kereta luncur (luge ride) pertama di Asia Tenggara. Anda akan dibawa naik menggunakan Skyride untuk melihat pemandangan menakjubkan seluruh pulau pada siang atau malam hari. Setelah itu, bersiaplah memacu adrenalin dengan meluncur turun sejauh 650 meter pada jalur berwarna-warni dengan sistem kendali yang mudah dan rem yang aman untuk segala usia. Selanjutnya, cobalah wahana flying fox setinggi 70 meter dan sepanjang 450 meter yang membawa Anda membelah hutan, langsung ke pantai berpasir, melewati laut dan akhirnya mendarat pada pulau kecil di Pantai Siliso.

Photo credits - Michael Spencer

Situs Bersejarah

Setelah Perang Dunia II, pulau ini masih menyimpan puing-puing bangunan yang menceritakan kepedihan masa lalu di Fort Siloso yang dilestarikan. Telusuri terowongan yang dibangun lebih dari setengah abad lalu, patung-patung berukuran manusia dan pameran akan membawa Anda kembali ke masa lampau. Di tempat terbuka, deretan senjata api dan meriam dari abad ke 17 dipamerkan, dan menjadi tontonan menarik banyak orang.

Jika berada di terik matahari terlalu berlebihan, pergilah ke The Images of Singapore, sebuah lokasi yang menyediakan informasi secara menyeluruh tentang Singapura bagi para turis untuk mendapatkan pemahaman cepat akan budaya, tradisi dan sejarah Singapura. Cicipilah beragam kuliner lokal dan bawa pulang sejumlah cindera mata untuk melengkapi pengalaman akan inti Singapura.

Photo credits - StarvingFox

Pantai

Terdapat tiga pantai terkenal di Sentosa dan masing-masing pantai menawarkan kepuasan yang berbeda. Yang paling terkenal adalah Pantai Siloso, surga bagi pecinta voli pantai. Khususnya pada akhir minggu, pantai dipenuhi oleh wanita berbikini dan pria penggila pantai. Terdapat bar dan bistro di sepanjang pantai, termasuk Café Del Mar yang terkenal dan menghidupkan malam dengan dentuman musiknya.

Jalanlah lebih jauh sepanjang garis pantai ke Pantai Palawan dan Anda berada pada titik paling ujung selatan dari Benua Asia. Terhubungkan oleh jembatan gantung melintasi perairan, pulau kecil lepas pantai ini memiliki lebar kurang dari satu kilometer (perkiraan) dan merupakan titik terdekat dengan garis khatulistiwa! Pantai Tanjong terletak paling jauh dari pusat pantai, tetapi ideal untuk Anda yang mencari ketenangan dan ketentraman. Dengan pengunjung yang lebih sedikit, Pantai Tanjong adalah tempat sempurna untuk menjauh dari keramaian, tapi jaraknya hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari pusat kesibukan.

Photo credits - CaterinaAnna

Pertunjukan

Anak-anak akan bergembira dan orang tua pun terhibur dengan pertunjukan yang tersedia setiap hari di pulau. Terdapat pertunjukan Animal and Bird Encounter, di mana pengunjung dapat mengenal satwa lebih dekat, beberapa bahkan bisa berinteraksi langsung dengan macaque berekor pendek, kakatua, elang, ular piton, rajawali dan anjing Siberia. Ada juga Dolphin Lagoon untuk mengunjungi lumba-lumba bungkuk yang sangat pintar (sering juga disebut lumba-lumba merah jambu karena warna kulitnya).
Pada malam hari, pastikan membeli tiket untuk pertunjukan laser Songs of the Sea, dengan panggung yang dibangun di atas air dan pengunjung menikmati pertunjukan dekat pantai. Efek laser dan kembang api dipadu pertunjukan para seniman pantas mendapat dua jempol.

pariwsata pantai marina

Pantai Marina


Wisatanesia.com-Pantai Marina Merupakan taman rekreasi. Pantai yang dilengkapi dengan kolam renang, sky air, speed boat, dan arena bermain anak – anak. Dibuka setiap hari pukul 06.00 selama 24 jam.Di pantai Marina kita dapat bermain jet sky maupun berselancar, naik stom boat dan perahu atau hanya sekedar santai beristirahat sambil menikmati keindahan pantai dan deburan ombak. Pada pagi hari kawasan ini sangat cocok untuk berolahraga jogging.


Pantai Marina merupakan tempat yang amat tenang,banyak muda mudi di waktu sore hari memanfaatkan pantai marina buat melepaskan penat kehidupan kota semarang

Pantai Marina terletak di bagian utara Kota Semarang, tepatnya di jalan Yos Sudarso kurang lebih 4 km dari Tugumuda,


pariwisata kalimantan

Pasar Terapung Muara Kuin


Wisatanesia.com-Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.

Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.

Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil...Wisata Indonesia Surga Dunia

pariwisata dunia

Wisatanesia.com-Pantai Tanjung Setia Terletak di Pesisir Selatan tepatnya di Krui Kabupaten Lampung Barat,Pantai Tanjung Setia berjarak sekitar 52 Km dari Liwa.dan dapat dijangkau juga dengan perjalanan darat sejauh 273 km dari Bandar Lampung.

Pantai Tanjung Setia selain memiliki pemandangan alam yang indah, juga merupakan tempat yang ideal untuk wisata bahari minat khusus berselancar atau surfing. Pada bulan-bulan tertentu antar Juni dan Juli, ketinggian ombak mencapai 2 s.d. 4 meter.

Pada musim seperti ini banyak wisatawan mancanegara yang khusus datang untuk berselancar. Tersedia cottage yang disediakan khusus untuk para surfer.
Wisata Indonesia Surga Dunia

pariwisata air terjun

Objek wisata Air terjun Curug Embun

Objek wisata Air terjun Curug Embun Kabawetan ini memiliki daya tarik Wisata Air terjun curug Embun yang merupakan air terjun dengan ketinggian 100 meter dan panorama pegunungan dengan udara yang sejuk. Air terjun Curug Embun merupakan obyek wisata alam yang ada di Provinsi Bengkulu tepatnya di Kabupaten Kepahiang, yang menawarkan kesejukan bagi wisatawan yang berkunjung.
Wisatawan yang datang ke lokasi itu, selain dapat menikmati keindahan alam juga akan `dibuai` udara sejuk.
Obyek wisata terdapat di Desa Tapak Gedung Kepahing Jl. Perum Kepahiang Beringin tiga. Lokasi itu berjarak sekitar 60 Km dari Bandara Fatmawati Kota Bengkulu dan dapat tempuh dengan kendaraan umum.
Rute yang anda harus ambil setelah mendarat di Bandara Fatmawati yaitu menuju kabupaten kepahiang yang berjarak 60 km dari pusat Kota Bengkulu, Sesampai di kota Kabupaten Kepahiang, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tapak gedung yang berjarak 10 km dari kota Kepahiang

PARIWISATA DANAU

Wisata danau lau kawar berastagi

Danau Lau Kawar (Pelayanan dan Promosi Pariwisata Danau Lau Kawar, Brastagi, Sumatera Utara)
Oleh : Wina Khairina



Parawisata dipopulerkan oleh Presiden Sukarno di Indonesia sejak diselenggarakannya Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur, pada tanggal 12 – 14 Juni 1958. Sebelumnya sebagai kata ganti ‘parawisata’ digunakan kata ‘tourisme’ yang berasal dari bahasa Belanda.
Beberapa ahli mendefinisikan parawisata didefinisikan sebagai phenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar akan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industry, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan (E Guyer Freuler dalam Oka A Yoety).
Istilah yang lebih tekhnis di ungkapkan oleh Prof K. Kraft (1942) yang menyebutkan pariwisata sebagai keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan kedatangan dari orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan kedatangan tersebut tidak untuk tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu. Batasan ini merupakan definisi yang diterima secara ofisial oleh The Association Internationale des Experts Scientifique du Tourisme (AIEST) yang berlaku hingga kini.
Secara lebih spesifik, Salah Wahab mendefinisikan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur yaitu manusia (man) yakni orang-orang yang melakukan perjalanan wisata, ruang (space) yakni daerah atau ruang lingkup tempat dimana dilakukan perjalanan wisata, dan waktu (time) yakni waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal didaerah tujuan wisata. Namun kenyataannya kini, semua perjalanan bisa dikatakan perjalanan wisata karena kebanyakan meskipun perjalananan dinas, diakhir perjalanan dinasnya, biasanya waktunya digunakan untuk melihat atau menyaksikan obyek atau atraksi wisata ditempat yang dikunjunginya.
Terdapat beragam motivasi manusia dalam melakukan wisata, Oka menyebutkan alasan tersebut antara lain motivasi kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobby, olahraga, konferensi, seminar dan alasan lainnya. Dengan begitu banyaknya motivasi manusia berwisata, maka sangat penting mengkelola motivasi manusia didalam melakukan parawisata untuk meningkatkan daya tarik parawisata.
Sementara disatu sisi, dalam berwisata umumnya manusia ingin merasakan 4 hal, sesuatu yang ingin dilihat (something to see), sesuatu untuk dilakukan (something to do), sesuatu untuk dirasakan (something to feel), dan sesuatu untuk di beli (something to buy). Umumnya, di negara-negara berkembang cenderung untuk menjadikan cahaya matahari (sunshine), laut (sea), seni budaya (art and culture), dan keramah-tamahan (hospitality) sebagai daya tarik untuk menarik wisatawan datang berkunjung.
Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia, sesungguhnya cukup memiliki daya tarik wisata yang luar biasa. Namun belum semua lokasi wisata yang ada di Sumatera Utara di kelola dengan baik. Bisa disebutkan bahwa Sumatera Utara masih kurang serius didalam melakukan pembangunan warawisatanya. Padahal, pembangunan parawisata menjadi salah satu prasyarat dalam pembangunan ekonomi. Yaitu dengan mengeksplorasi keindahan alam, seni budaya, dan keramah-tamahan yang dimiliki masyarakar Sumatera Utara, maka hal ini dapat mengatasi deficit neraca di Indonesia.

2. Lanskap Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar adalah salah satu danau yang ada di kawasan ekosistem Leuser (KEL). Danau Lau Kawar yang berair kebiruan ini terletak di kaki Gunung Sinabung. Untuk menuju Danau Lau Kawar, dari Kota Medan menuju arah Brastagi. Dari tugu perjuangan di Kota Berastagi, kita berbelok kearah kanan menuju Kecamatan Simpang Empat. Menempuh jarak sekitar 30 Km dari Kota Berastagi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, melewati jalan Kabanjahe – Kuta Rakyat. maka kita akan sampai di Danau Lau Kawar, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Bila dari Kota Medan, Law Kawar terletak sekitar 69 Km dengan jarak tempuh sekitar 3 jam. Saat ini, jalan menuju Danau Lau Kawar sudah sangat mulus dibandingkan beberapa tahun lalau.
Danau seluas 200 Ha ini bila di bandingkan dengan Danau Toba, memang hanya 1/6 Danau Toba, namun pesonanya tidak kalah dengan Danau Toba. Menuju ke Danau Lau Kawar, bisa terdapat berbagai alternative angkutan umum dari Kota Medan, antara lain dengan Karsima, Sinabung atau Sutra. Dengan membayar Rp.6.000,-, kita akan di antar ke Danau Lau Kawar. Pemandangan pedesaan yang sangat khas akan kita temukan dari Brastagi ke Danau Lau Kawar, disamping kiri kanan, kita akan melihat tanaman sayur milik masyarakat, diselingi oleh kebun jeruk. Sepanjang jalan kita akan banyak berpapasan dengan kendaraan pedesaan berupa gerobak kayu yang di hela oleh seekor sapi. Angkutan ini biasanya membawa rumput, daun jagung, atau hasil palawija penduduk.
Terletak persis dikaki Gunung Sinabung, Gunung yang tertidur ratusan tahun dan bertype A sejak kembali meletus tahun 2010. Lau Kawar adalah pintu masuk menuju Gunung Sinabung. Karenanya lokasinya sangat eksotis. Memasuki pintu gerbang Lau Kawar, di sisi kanan danau terletak Deleng Lancuk atau Bukit Lancuk yang biasa menjadi tempat tracking, cukup banyak anggrek hutan yang bisa ditemukan di Deleng Lancuk. Sayang pacet juga cukup banyak, sehingga harus hati-hati apabila berminat melakukan tracking di Deleng Lancuk.
Sedangkan disisi kiri Danau Lau Kawar, terletak camping ground seluas 3 Ha, di sinilah para pendaki gunung mendirikan tendanya sebelum mendaki Gunung Sinabung. Pada setiap hari sabtu dan minggu, camping ground ini penuh sesak oleh tenda-tenda para pecinta alam, setidaknya 200-400 tenda berdiri di camping ground ini setiap minggunya, apalagi apabila libur semester, jumlahnya bisa meningkat. Apalagi kontribusi yang relative murah, yaitu sekitar Rp.2.500,- per tenda. Sayang hanya ada 1 kamar yang disewakan penduduk disini seharga Rp.25.000,- / malam. Maka alternative menginap di Law Kawar adalah dengan tenda di Camping Ground.
Setiap hari, masyarakat memancing ikan dengan sampan-sampan kecil di Danau ini. Umumnya, mereka kembali saat matahari turun di senja hari. Pemandangan nelayan yang kembali saat senja ini menjadi eksotisme tersendiri yang bisa dinikmati pengunjung Danau Lau Kawar. Untuk menikmati eksotisme Danau Lau Kawar, ada juga hiburan berupa menyusuri Danau dengan satu dua rakit yang ada disitu.
Saat ini, dari observasi yang dilakukan, di tepi Danau Law Kawar telah dipasangi batu bronjong untuk penahan erosi, diatasnya telah dibuat besi pembatas agar pegunjung tidak tercebur ke Danau. Dari pengamatan penulis, tampak penyurutan air sekitar 2 – 3 meter dibandingkan kedatangan penulis ke Danau Lau Kawar pada tahun 2000, sekitar 10 tahun yang lalu.
Dari informasi yang di peroleh penulis, pada tahun 80-an, titik terdalam Danau Lau Kawar hingga 40 meter, namun saat ini data terakhir ditemukan bahwa titik terdalam hanya tinggal 19 meter. Terdapat penurunan lebih dari 50 % hanya dalam 30 tahun. Tentu saja ini harus menjadi perhatian pemerintah, masyarakat dan pecinta lingkungan.

3. Asal Mula Danau Lau Kawar
Alkisah, berbagai sumber menyebutkan bahwa sebelum menjadi sebuah danau, Lau Kawar merupakan kawasan pertanian (juma atau ladang) yang sangat subur. Ladang tersebut merupakan bagian dari wilayah Desa Kuta Gugung. Tinggallah di ladang tersebut satu keluarga petani.
Saat pertanian menjelang panen, lahan pertanian umumnya dijaga oleh salah seorang anggota keluarga mereka. Pada suatu siang, sang nenek yang mendapat giliran untuk menjaga ladang. Kawar, sang cucu selalu menjadi pengantar makanan untuk anggota keluarga di ladang. Pada hari itu, Kawar juga mengantarkan makanan ke ladang untuk neneknya. Namun di perjalanan, Kawar merasa kelaparan dan memakan bekal untuk neneknya. Seluruh lauk pauk dan ayam yang menjadi bekal untuk si nenek di habiskan oleh Kawar hingga tersisa tulang-tulangnya saja.
Sang Nenek yang sudah kelaparan sangat kecewa hanya menemukan tulang belulang tanpa ada lauk pauk apapun karena sudah dihabiskan Kawar. Si Nenek menangis karena merasa sedih dan tidak berguna. Tanpa fikir panjang, Nenek meminta kepada Tuhan untuk mencabut nyawanya. Sesaat kemudian, petir menggelegar dan turun hujan lebat. Hujan lebat segera menjadi air bah. Segera saja dataran tersebut menjadi banjir dan lambat laun tenggelam menjadi danau. Danau inilah yang kemudian menjadi Danau “Lau Kawar”.
Legenda ini dipercaya oleh masyarakat sekitar Lau Kawar dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang mana menanamkan agar senantiasa mensakralkan danau tersebut, dengan cara menajaga danau dan pepohonan disekitarnya agar tidak sembarangan ditebang. Masyarakat juga tidak berani merambah hutan di sekitar Danau Lau Kawar sembarangan. Begitupun dengan nelayan, yang tidak berani mengambil ikan dengan semaunya, apalagi menggunakan bahan peledak. Hal ini menyebabkan selama berpuluh tahun, ekologi disekitar Danau Lau Kawar tetap terpelihara baik. Kepatuhan untuk tidak mengecewakan nenek moyang mereka yang telah terkubur didalam danau tersebut, membuat masyarakat sangat menjaga Danau Lau Kawar. Namun kini, legenda tersebut mulai luntur bersama waktu. Banyaknya penduduk pendatang yang tinggal di desa-desa sekitar Danau Lau Kawar mulai merambah hutan yang disakralkan oleh masyarakat setempat.

4. Pelayanan dan Promosi Danau Lau Kawar Danau Lau Kawar memiliki keunikan tersendiri untuk wisata alam di Kabupaten Karo. Sayangnya yang datang ke Danau ini lebih banyak pendaki gunung, jarang sekali keluarga yang berwisata ke tempat ini. Dari hasil observasi dan wawancara, hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain :
(1) Promosi yang kurang Memadai. Dinas Pariwisata Kabupaten Karo masih belum cukup maksimal didalam melakukan promosi atas Danau Law Kawar. Sedikit sekali wisatawan domestic maupun turis asing yang berwisata ke Danau Lau Kawar. Maka pengunjung tetap Danau Lau Kawar adalah para pencinta alam yang akan mendaki Gunung Sinabung, karena Danau ini adalah salah satu gerbang masuk sebelum mendaki Gunung Sinabung.
Saat penulis melakukan observasi, sedang ada perlombaan Rakit yang dilaksanakan oleh TNI AD Kodam I Bukit Barisan dengan didukung oleh sponsor Iklan Rokok. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Ulang Tahun TNI. Saat itu, Danau Lau Kawar ramai oleh Wisatawan Domestik. Namun terlihat bahwa sebagian besar wisatawan adalah masyarakat yang ada tinggal didesa-desa sekitar Danau Law Kawar. Sayangnya kondisi ini membuat wisatawan lain yang datang ke Danau Lau Kawar menjadi tidak nyaman, karena prajurit TNI yang mengamankan lokasi serta mengatur parkir menyandang senjata ditempat wisata. Tentu saja hal ini sangat tidak nyaman bagi masyarakat sipil yang datang ke lokasi wisata.
Refleksi dari Taman Simalem yang juga terletak di Tanah Karo, merupakan sebuah Taman yang terletak di Merek, taman yang dimiliki oleh Investor Singapura ini cukup baik promosinya, bahkan memiliki website untuk promosi, terdapat plang pemberitahuan sepanjang jalan menuju lokasi, menyebabkan promosi yang luar biasa ini mendatangkan bukan hanya wisatawan local dan wisatawan mancanegara. Mesti disatu sisi, Simalem tidak bisa di nikmati oleh masyarakat Karo sendiri, karena relative mahal kontribusi masuknya sebesar Rp.200.000,- / mobil. Bahkan ada masyarakat Karo disekitar Taman Simalem ini tidak mengetahui keberadaan tempat tersebut. Berbeda dengan Lau Kawar, semua penduduk mengetahui keberadaan Danau dan dapat menunjukkan arah ke lokasi Danau.
Upaya mengkemas Danau Lau Kawar didalam paket wisata juga sulit dilakukan pihak swasta, karena unsure-unsur pendukung wisata tidak ditemukan seperti atraksi naik rakit atau boat mengelilingi Danau yang telah ada kurang dikelola, tidak ditemukannya kuliner tradisional Karo yang bisa dicicipi di Danau ini, juga tidak tersedianya cindera mata khas Karo yang bisa ditemukan dan dibeli dari lokasi wisata ini. Hanya pada saat panen jeruk, pengunjung bisa membeli jeruk dengan harga lebih murah di lokasi Danau Lau Kawar. Namun hal ini tidak bisa selalu di temukan setiap waktu.
Apabila seni budaya karo yang luar biasa bisa dikemas dalam atraksi setidaknya atraksi tahunan, juga mengkemas kuliner karo yang luar bisa serta tersedianya cindera mata yang bisa menjadi oleh-oleh wisatawan, maka Lau Kawar bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Sumatera Utara. Saat ini, potensi Kebudayaan Karo mulai dari seni ukir maupun seni tari serta adat budayanya masih belum dikembangkan dan dikelola baik untuk pengembangan wisatanya yang bisa membuatnya unik dan berbeda dari parawisata di daerah maupun dinegara lain.
(2) Pelayanan wisata yang kurang memadai Pelayanan wisata di Danau Lau Kawar sangat terbatas kalau tidak bisa di dibilang tidak ada. Tidak ada fasilitas umum seperti kamar mandi atau ruang ganti bagi wisatawan yang mandi atau bermain air di Danau. Disamping itu, penginapan yang tersedia hanyalah 1 kamar sederhana saja, yang dapat disewa Rp.25.000,-/malam. Alternatif pilihan menginap hanyalah tenda yang di bawa sendiri. Kondisi ini tentu saja tidak nyaman bagi wisatawan, terutama yang membawa anak kecil. Maka sangat wajar apabila umumnya wisatawan keluarga jarang ke tempat ini. Penginapan terdekat hanya di Kota Berastagi, sekitar 30 Km dari Danau Lau Kawar. Maka tentu saja tidak efisien, kalau mengunjungi Danau Lau Kawar tapi menginap harus di Berastagi.
Sementara itu, tidak tersedia tempat berteduh yang cukup apabila tiba-tiba turun hujan. Karena lokasi Danau Lau Kawar terletak dikaki gunung, hawanya sangat sejuk, lebih sejuk dibandingkan Berastagi. Hujan bisa saja tiba-tiba turun. Tempat berteduh yang ada hanya dua buah kedai di Pinggir Danau yang berjualan minuman dan indomie dan satu buah gajebo tempat duduk umum yang beratap dan satu buah tempat duduk yang tidak beratap. Kalau sedang ramai pengunjung, tentu saja kondisi menjadi tidak nyaman, akibatnya pengunjung yang tidak bisa berteduh memilih masuk mobil dan kemudian pulang.
Tidak tersedia juga tempat sampah yang memadai, sehingga sampah berserakan disana-sini. Hal ini tentu saja sangat tidak nyaman. Tidak jelas juga apakah kontribusi yang dikutip kepada pengunjung, digunakan untuk pengembangan fasilitas Danau Lau Kawar, atau masuk kekantung segelintir orang.
(3) Minimalnya Pelibatan Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Pariwisata Masalah utama dari pengembangan pariwisata Danau Lau Kawar adalah belum dilibatkannya masyarakat didalam mendukung pariwisata. Pelibatan yang dimaksud adalah didalam semua unsure partisipasi pengembangan wisata, mulai aspek perencanaan, aspek implementasi pembangunan pariwisata, aspek monitoring dan control pembangunan pariwisata, serta aspek evaluasi dari implementasi pembangunan pariwisata. Penting partisipasi yang dilakukan dengan pendekatan berbasis hak. Dengan demikian, apabila partisipasi masyarakat bisa lebih maksimal dilibatkan, maka masyarakat setempat bisa lebih mengekspresikan eksistensi budayanya untuk mendorong pengembangan pariwisata. Sehingga pariwisata bisa menjadi salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat.
Seperti di ulas oleh Geriya bahwa pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan yang bersifat saling mempengaruhi (1996:38).
Masyarakat local sebagai pemangku kebudayaan, harus dididik agar menyadari bahwa kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Selayaknya Indonesia, dengan bermodalkan kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.Namun faktanya, masyarakat Danau Lau Kawar dan sekitarnya, masih menjadi objek pembangunan pariwisata, masih belum menjadi subyek pembangunan pariwisata.
Thailand adalah salah satu contoh negara yang cukup maju pariwisatanya. Dan hal ini didukung penuh oleh masyarakatnya, yang sadar benar bahwa penghasilan terbesar negaranya berasal dari pariwisata. Tentu ini bisa menjadi salah satu refleksi bagi Indonesia khususnya Sumatera Utara yang memiliki potensi budaya yang sangat beragam dari begitu banyaknya etnis yang ada di Sumatera Utara, selayaknya bisa dikembangkan di dalam pengembangan wisata Sumatera Utara.
Dengan demikian, maka pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya, 1996: 45). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia selalu bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan dengan pariwisata, seperti: promosi, atraksi, manajemen, makanan, cindera mata, hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat dibedakan dari pariwisata negara lain yang bertumpu pada potensi yang lain.
Maka tentunya juga dibutuhkan kajian lintas budaya agar seluruh potensi budaya yang ada di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Karo, bisa dimaksimalkan didalam mengembangkan potensi alam dan budaya local di sekitar Danau Lau Kawar.

5. Penutup Potensi alam Danau Lau Kawar dan potensi budaya masyarakat Karo yang ada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sangatlah potensial untuk dikembangkan. Namun saat ini, langkah mendorong pembangunan pariwisata berbasis hak masih belum dilakukan. Masyaraakt hanya menjadi obyek didalam pembangunan pariwisata, belum menjadi subyek pembangunan pariwisata. Maka promosi dan pengembangan pariwisata Danau Lau Kawar pun masih belum maksimal mengembangkan potensi masyarakat yang ada di sekitar lingkungan Danau Lau Kawar.
Uraian di atas juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan kebudayaan nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan potensi kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya berbasis hak akan dapat memperkokoh kebudayaan nasional Indonesia.

Referensi 1. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata, Oka A Yoety, Angkasa Bandung, Februari 1993. 2. Bali, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata, Michel Picard, KPG, Jakarta, 2006 3. Observasi dan Wawancara Lapangan Danau Lau Kawar, Wina Khairina, Mei 20

PARIWISATA PANTAI BALI

AYUNG RIVER RAFTING
-----------------------
Selama lebih dari puluhan tahun, Sungai Ayung (Ayung River) dikenal sebagai tempat rafting yang terbaik dan terfavorit di Bali dan menjadi pilihan operator ternama di Indonesia.
Rafting merupakan olahraga favorit bagi wisatawan yang liburan di Bali. Olahraga arung jeram ini memberikan tantangan yang memikat dan juga memacu adrenalin setiap peserta.
Ayung river rafting menawarkan sensasi beda dan tentunya sangat menantang untuk dicoba. Sungai ini memiliki beberapa jeram yang menantang dan memacu adrenalin Anda. Site untuk rafting sendiri kira-kira berjarak 12 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu 2 jam. Di sepanjang perjalanan menyusuri derasnya sungai ini, Anda akan dimanjakan hijaunya pemandangan di kiri dan kanan. Sungai ini juga memiliki beberapa air terjun kecil yang bisa digunakan untuk tempat photo-photo. Saksikan juga keindahan ukiran sepanjang kurang lebih 200 meter karya para seniman di Ubud yang bisa dijadikan backdrop untuk ambil photo.
Nikmati juga photo gallery yang kami tampilkan untuk melihat aksi-aksi peserta Ayung Rafting.
Rafting di sini sangatlah aman dan pastinya ditemani instruktur berpengalaman. Kami memiliki team dan staff yang telah berpengalaman puluhan tahun melayani wisatawan domestik maupun mancanegara.

MANPAT PARIWISATA LAMPUNG


Feodalisme Modern di Lampung

MINGGU 20_11_20011

(ilustrasi lampung dan feodalisme)
SAYA pernah menuliskan betapa (masyarakat) adat Lampung telah dipolitisasi sedemikian rupa bagi kepentingan (politik) segelintir elite yang kebetulan sedang memegang jabatan di pemerintahan atau elite berkuasa, baik di pusat maupun di daerah Lampung sendiri (Media Indonesia, 23 Juni 2007).

Sebenarnya agak “sungkan” saya menuliskan kembali masalah ini. Namun, melihat fenomena bagaimana adok/adek (gelar adat) dengan mudah “diperjualbelikan” di tanah Sang Bumi Ruwa Jurai, saya agak perlu memberikan catatan sedikit.
***
Setidaknya ada dua peristiwa “budaya” Lampung baru-baru ini yang penting saya soroti. Pertama, Gelaran budaya Begawi Adat Mewaghi (upacara mengangkat saudara) di Sesat Agung Nowo Balak Gunungsugih, Senin, 28 Juni 2010 lalu. Kabarnya, marga-marga dari Saibatin dan Pepadun bertemu pertama kali dalam begawi adat tersebut sebagai upaya pelestarian tradisi dan budaya asli daerah.

Pada Begawi Adat Mewaghi tersebut M. Hidayatullah gelar Suttan Kanjeng Penyimbang Sakti mengangkat Sapta Nirwandar dan Mudiyanto Thoyib sebagai saudara. Dirjen Promosi dan Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar pun diberi adok Suttan Jaya Negara Mega Sakti dan Bupati Lampung Tengah Mudiyanto ber-adok Suttan Pengiran Abdi Negara Mega Sakti.

Kedua, Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL)—dalam sebuah upacara “sakral” (?) penyerahan gelar adat di Mahan Agung, Sabtu, 24 Juli 2010—menjadikan Gubernur dan Ketua DPRD sebagai pimpinan adat tertinggi Lampung. Sebelumnya, marga adat menjadikan raja atau penyimbang adat sebagai pimpinan tertinggi.

Gelar adat yang disandang Gubernur Sjachroedin Z.P. yakni Kanjeng Yang Tuan Suntan Mangkunegara Junjungan Pemangku Sai Bumi Ruwa Jurai, sedangkan gelar adat Ketua DPRD Marwan Cik Asan yakni Pun Yang Tuan Suntan Pengetahuan Pemangku Sai Bumi Ruwa Jurai. Selain itu, Ketua MPAL Kadarsyah Irsya menyandang gelar adat Kanjeng Suntan Raja Pesirah Penata Adat Sai Bumi Ruwa Jurai.

***

Sebelum ini ada banyak pemberian gelar adat kepada pejabat berbagai kesempatan di berbagai tempat di Lampung. Entahlah, hari gini kok “berburu” gelar adat dan ada saja pihak yang mau “bagi-bagi” adok. Meskipun upacara pemberian adok itu mahal, segera saja tampak jika sesungguhnya adok itu sesungguhnya “diobral habis”.

Agak aneh bin ajaib kalau Ketua Majelis MPAL Kadarsyah Irsya mengatakan keputusan itu diambil 80 marga adat di Lampung dan gelar adat untuk Gubernur melekat pada jabatan dan diteruskan kepada penggantinya. “Jika Gubernur berganti, penggantinya juga diberikan gelar adat. Gubernur sekarang Sjachroedin Z.P. bergelar Ruwa Jurai I, penggantinya Kanjeng Yang Tuan Suntan Mangkunegara Junjungan Pemangku Sai Bumi Ruwai Jurai II, dan seterusnya,” kata Kadarsyah.

Lebih kacau lagi yang dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Gatot Hudi Utomo dalam sosialisasi Festival Krakatau XX di Balai Keratun, Selasa (1-6). Pemberian gelar kepada Gubernur melibatkan 734 orang pemangku adat. Acara budaya ini akan menjadi salah satu unggulan FK tahun 2010. Lampung ingin meniru acara budaya di Solo, sekatenan tumpeng raksasa.
***
Bagaimana bisa, upacara adat Lampung pemberian adok yang berlaku turun-temurun dengan “serampangan” dikatakan “Kita hendak meniru Solo”? Bagaimana mungkin, upacara penobatan pemimpin adat tertinggi hanya menjadi bagian—itu pun tempelan—dari sebuah festival? Mengapa acara “sakral” ini harus dijadikan sekadar komoditas pariwisata dan tidak ada hubungannya dengan upaya pemberdayaan kebudayaan (adat) Lampung sesungguhnya?
Banyak pertanyaan menggelayuti benak—tidak hanya—saya. Sehari sebelum pemberian adok kepada Sjachroedin, kecaman datang dari Ketua Dewan Perwakilan Penyimbang Adat Lampung (DPPAL) Maulana Raja Niti. Dia menilai pemberian adok adat tidak sesuai dengan tata cara adat Lampung. Pemberian gelar adat tak diberikan kepada sembarang orang dan jabatan semata karena gelar menunjukkan nilai luhur seseorang dalam keadatan Lampung. “Pemberian gelar bukan semata untuk mencari kepentingan. Pemberian gelar itu pun perlu penilaian dan harus mendapat persetujuan dari penyimbang adat,” kata Maulana Raja Niti.
Dalam tata keadatan Lampung, para penyimbang berpedoman pada Kuntara Raja Niti dan Kuntara Raja Sa sehingga pemberian gelar tidak diberikan secara sembarangan. Dia khawatir sikap para penyimbang yang memberikan gelar terlalu bebas akan membuat nilai-nilai luhur dari sebuah gelar justru tak memiliki sifat keluhurannya di masyarakat adat (Lampung Post, 24 Juli 2010).

Kritik berikutnya dari Novan Saliwa, aktivis Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Lampung Barat (IKPM Lambar), Yogyakarta, yang berasal dari lingkungan Negarabatin Liwa. Menurut Novan, terlalu mudah para penyimbang memberi gelar pada seseorang dengan mengatasnamakan seluruh Lampung. “Bagi masyarakat adat Saibatin, pimpinan tertinggi dalam adat hanyalah akan kami taruhkan pada lurus garis keturunan Umpu Saibatin. Gelaran atau adok dalom/suntan, raja, ratu, panggilan seperti pun dan sai batin serta nama lamban gedung (rumah adat/keraton) hanya untuk Saibatin Raja dan keluarganya, dan gelar itu dilarang dipakai oleh orang lain,” kata dia.

Dalam garis dan peraturan adat, kata Novan, tidak terdapat kemungkinan untuk membeli pangkat adat tertinggi, terutama di dataran Sekala Brak sebagai warisan resmi dari kerajaan Paksi Pak Sekala Brak asal mula peradaban Lampung. (Lampung Post, 27 Juli 2010).

Lalu, kritik ini dilengkapi Irfan Anshory, sai batin dari Talangpadang, Tanggamus, yang kini bermukim di Bandung, “Tidak ada dan memang tidak boleh ada yang mengklaim penyimbang seluruh Lampung. Masyarakat adat Lampung itu semacam federasi, yang masing-masing penyimbang dalam kelompoknya. Seorang penyimbang di kelompoknya tidak bisa menjadi penyimbang di kelompok yang lain.” Agak aneh juga, kata Irfan, di abad ke-21 ini, kok masih ada yang orang mau menjadi “penyimbang kemawasan“.

***

Jadi? Pemberian adok belakangan ini tidak lebih dari akal-akalan saja dari para “penjilat”. “Yang dijilat” pun senang-senang saja! Tujuannya, apalagi kalau bukan melanggengkan kekuasaan dengan “menunggangi” adat. Sungguh patut disayangkan adat dan masyarakat adat yang sebenarnya justru tidak diberdayakan sama sekali.

Sementara itu, MPAL (dulu: LMAL) sama sekali tidak bisa dikatakan sebagai representasi dari masyarakat adat Lampung yang sebenarnya telah diwariskan secara turun-temurun. Keberadaan institusi itu adalah “politisasi adat” untuk merebut kekuasaan dan kemudian menjaga kelanggengan rezim yang berkuasa. Lihat saja pengurus MPAL yang diisi oleh pejabat/mantan pejabat atau orang-orang yang dekat (bisa juga mendekatkan diri) pada sumbu kekuasaan.

Kalau mau jujur, yang disebut penyimbang adat atau saibatin toh tidak otomatis memiliki jabatan di lembaga pemerintahan. Mereka ada di komunitas adat mereka masing-masing dan menjadi pemimpin dalam komunitas mereka itu. Jadi, memang agak susah seorang pejabat mengklaim diri sebagai pemimpin adat bagi seluruh masyarakat adat di Lampung.

Maka, bukan hal berlebihan jika ada yang menuding institusionalisasi masyarakat adat dalam wadah semacam MPAL atau nama lainnya sebagai sebuah upaya sentralisasi adat. Lihat saja, nanti MPAL membentuk cabang di kota/kabupaten, bahkan mungkin hingga kecamatan dan kelurahan/pekon. Dengan adanya MPAL, adat-istiadat seakan-akan dibuat formal atau dibakukan berdasarkan versi pengurus MPAL.

Padahal, sudah jelas dalam lambang Provinsi Lampung tertulis tentang “Sang Bumi Ruwa Jurai” sebagai pengakuan tidak mungkin adanya penyeragaman. Lampung itu kan multikultur. Etnis Lampung juga plural. Tafsir-tafsir tentang kebudayaan Lampung (adat-istiadat, kebiasaan, kesenian, cara-cara berbicara, pola tindakan, dan sebagainya) juga multitafsir. Heterogenitas ini kan harusnya dihormati. Jadi, biarlah kebudayaan Lampung tumbuh dengan pluralitasnya.

PARIWISATA LAMPUNG TENGAH

Wisata - Pantai Wartawan

19_11_2001
 
Pantai Wartawan

Entah kenapa pantai ini dinamakan demikian. Yang pasti, pemandangan pantai ini cukup indah dan dapat dijadikan sarana untuk melepas stres atau melupakan rutinitas sejenak. Letaknya sekitar 81 kilometer dari Bandarlampung atau sekitar 5 kilometer dari Canti-Kalianda, Lampung Selatan. Sebaiknya wisatawan mengunjungi pantai ini di musim kemarau biar bisa leluasa menghabiskan waktu dengan berenang, bermain ski, atau berlayar. Kalau mau, bisa juga berjemur. Di pantai ini juga tersedia penginapan, penyewaan perahu motor, dan restoran.

Air Terjun Curup Tujuh

Obyek wisata alam ini berada di kawasan hutan lindung Desa Margajaya, Padangratu, Lampung Tengah. Lokasi ini bisa ditempuh dari Bandarlampung sekitar dua jam jika menggunakan mobil pribadi. Biasanya, jika hari libur, tempat wisata ini dipenuhi pengunjung dari seluruh pelosok Lampung. Selain air terjun ini, di Lampung juga ada obyek wisata air terjun yang lain, yakni air terjun Waylalaan. Yang satu ini terletak di kaki Gunung Tanggamus di Kota Agung, hanya sekitar dua
kilometer dari pusat kota. Air terjun Waylalaan merupakan air terjun bertingkat dua, yang jarak satu sama lain sekitar 200 meter.

Wayrarem

Di obyek wisata yang terletak di Desa Pekurun, Abung, Lampung Tengah, ada sebuah danau yang indah. Para wisatawan bisa sekadar berjalan-jalan menelusuri danau itu dan menikmati indah pemandangan alam atau bisa juga berenang dan memancing. Luas kawasan ini sendiri sekitar seratus hektar

PARIWISATA PULAU KEPALA BURUNG

Keindahan Pulau Kepala Burung
 
Share:
Deretan perahu panjang di Pelabuhan Doom, Distrik Sorong Kepulauan, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Distrik Sorong Kepulauan menyimpan potensi wisata alam dan sejarah yang belum termanfaatkan secara optimal.


KOMPAS
 — Namanya mungkin tak setenar kawasan wisata Kepulauan Raja Ampat. Namun, tiga pulau terbesar di Distrik Sorong Kepulauan: Ram, Soop, dan Doom, menyimpan potensi wisata yang besar nan eksotis. Berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik, ketiganya menawarkan keindahan pantai berpasir putih, gugusan karang, dan wisata sejarah yang sayang dilewatkan begitu saja.
”Tiga gugusan pulau terbesar itu merupakan potensi wisata yang potensial, tetapi belum dipromosikan secara maksimal. Selain panorama alam dan peninggalan sejarah, banyak juga keunikan yang tak ditemukan di daerah Papua Barat lainnya,” kata Sekretaris Distrik Sorong Kepulauan Elizabeth Karambut di Sorong, Papua Barat.
Doom, pulau seluas 5 kilometer persegi ini, dikenal dengan sebutan Dum, yang dalam bahasa suku Malamooi—suku setempat—berarti pulau penuh dengan buah. Sukun adalah buah yang paling banyak ditemui hampir di setiap rumah warga. Sukun banyak diolah dan dikonsumsi sebagai makanan tambahan bagi warga setempat.
Doom memiliki peran penting dalam membidani kelahiran Sorong sebagai pusat perekonomian terbesar di Papua Barat. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Belanda membuat daerah hunian awal sebelum menjejakkan kakinya di Tanah Papua awal 1900-an. Namun, Belanda tak melupakan penataan yang baik saat membangun perkampungan di Doom.
Tata kota seperti itu hingga kini masih bisa dilihat, seperti Kantor Hoofd van Plaatselijk Bestuur atau Kantor Pamong Praja Kolonial Belanda, yang kini dihuni Taher Arfan (54). Selain itu, ada juga penjara Doom, lapangan sepak bola, rumah kesenangan (tempat pesta serdadu Belanda), dan Gereja Kristen Orange.
Belanda juga menyediakan permukiman bagi masyarakat etnis Tionghoa, tangki air bersih, dan pembangkit listrik tenaga diesel di tempat itu. ”Dulu, tenaga diesel membuat Doom lebih maju ketimbang Sorong. Saat Sorong masih gelap gulita karena belum terpasang aliran listrik, Doom justru terang benderang, hasil tenaga diesel. Hingga kini alatnya masih terpasang dan berfungsi dengan baik,” kata Taher.
Hal lain yang cukup unik di Doom, Anda bisa berkeliling pulau sekitar setengah jam dengan mengeluarkan Rp 30.000-Rp 50.000 untuk becak.
Menempuh perjalanan 15 menit dari Doom ke arah utara, menggunakan perahu panjang, pengunjung akan menemukan Pulau Soop yang memiliki bentangan pasir putih. Tidak ada kendaraan bermotor atau becak di tempat seluas 2 kilometer persegi ini. Meski demikian, tidak perlu khawatir karena cukup berjalan sekitar satu jam untuk mengelilingi pulau.
Tempat berpenduduk tak lebih dari 100 orang ini tak kalah bersejarah. Serdadu Jepang pernah menempatkan pasukannya di sini guna melakukan penyerangan ke Pulau Papua. Buktinya, bungker pelindungan udara yang menghadap ke Bandar Udara Jeffman, Sorong, di sekitar daerah Tanjung Lampu Jepang.
Jika ingin lebih puas melihat hamparan pasir putih Papua Barat, perjalanan bisa dilanjutkan ke arah barat, sekitar 30 menit, yakni ke Pulau Raam. Pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Buaya—bentuknya seperti buaya bila dilihat dari udara—ini memiliki bentangan pasir putih lebih besar ketimbang Pulau Soop. Hamparan pasirnya menambah cantik keberadaan relief batu dan terumbu karang di bagian selatan pulau. Penyelam bisa menyempurnakan perjalanannya dengan menikmati keindahan bawah laut Raam.

PARIWISATA BAWAH LAUT

Di Perairan Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat - Papua Barat - Indonesia

Foto 1 dari  1Keindahan bawah laut Raja AmpatFoto 1 dari  1Keindahan bawah laut Raja Ampat
Foto 1 dari  1
Keindahan bawah laut Raja Ampat



A. Selayang Pandang

Bagi masyarakat kebanyakan, Papua lebih banyak dikenal dengan kebudayaannya yang masih sangat sederhana, pakaiannya yang unik (koteka misalnya), serta sumber daya alamnya yang melimpah. Namun bagi para penyelam dan pecinta dunia bawah laut, Papua adalah surga penyelaman yang menyajikan kekayaan biota laut yang mengagumkan. Salah satu yang terkenal adalah perairan Raja Ampat. Kawasan ini dijuluki sebagai Coral Reef Paradise (surga terumbu karang) oleh para penyelam dunia. Lokasinya berada di atas “kepala burung” Pulau Papua, tepatnya di Provinsi Papua Barat.
Raja Ampat adalah kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong dengan luas wilayah + 4,6 juta hektar. Sekitar 85% dari luas wilayah tersebut merupakan lautan, sementara sisanya adalah gugusan pulau dan karang atol sejumlah + 610 pulau. Dari ratusan pulau-pulau tersebut, hanya 35 pulau saja yang dihuni oleh penduduk asli. Nama Raja Ampat sendiri berasal dari cerita rakyat setempat tentang asal muasal penguasa di empat pulau terbesar di kawasan ini, yaitu Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo. Dalam cerita ada seorang perempuan yang menemukan 7 buah telur, di mana empat di antaranya menetas dan menjelma menjadi pangeran-pangeran. Para pangeran ini lalu berpisah dan menjadi raja di keempat pulau, sehingga kelak kawasan ini kemudian dijuluki Raja Ampat.
Kepulauan Raja Ampat tak hanya dianggap sebagai taman laut terbesar di Indonesia, namun juga diyakini memiliki kekayaan biota laut terbesar di dunia. Terkuaknya panorama alam bawah laut Raja Ampat bermula ketika seorang penyelam ulung berkebangsan Belanda bernama Max Ammer mengunjungi kawasan ini. Kunjungan pertama Max Ammer pada tahun 1990 ke Raja Ampat bermula dari keinginannya untuk menelusuri kapal dan pesawat yang karam pada masa Perang Dunia II. Penelusurannya ini sangat berkesan, sehingga pada tahun 1998 ia mengajak Gerry Allen, seorang ahli perikanan (Ichthyologist) dari Australia, untuk mengadakan survei di tempat ini. Betapa terkejutnya Gerry Allen melihat sumber daya bawah laut yang begitu beragam dalam jumlah yang sangat besar.
Gerry Allen kemudian mengontak Conservation International (CI) untuk mengadakan survei kekayaan bawah laut di perairan Raja Ampat pada tahun 2001 dan 2002. Hasil survei ini membuktikan bahwa perairan Raja Ampat merupakan kawasan terumbu karang dengan kekayaan biota laut terbesar di dunia. Kawasan ini  memiliki setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, serta 700 jenis kerang, belum lagi berbagai jenis kura-kura, ganggang, dan ubur-ubur.

B. Keistimewaan

Dalam catatan fotografi bawah laut di kawasan Raja Ampat, Imam Brotoseno menyebutkan bahwa kandungan kekayaan biota laut Raja Ampat paling besar di seluruh area segitiga koral dunia, yaitu Philipina-Indonesia-Papua Nugini. Segitiga koral ini merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan konservasi perlindungan alam internasional. Dari sekitar 600-an jenis terumbu karang di dunia, 75% di antaranya berada di perairan Raja Ampat.
Dengan begitu luasnya perairan Raja Ampat serta kekayaan biota lautnya yang beragam, maka wisatawan yang ingin menikmati panorama bawah laut dapat memilih beberapa titik penyelaman. Di sekitar Pulau Kri, misalnya, wisatawan dapat menyaksikan keindahan terumbu karang serta berbagai jenis ikan yang sangat menakjubkan, termasuk jenis ikan queensland grouper yang terkenal, ikan kuwe, kakap, kerapu, hiu karang, tuna, napoeleon wrasse, barracuda, serta giant trevally. Kekayaan berbagai jenis ikan di kawasan Pulau Kri ini pernah dibuktikan oleh Gerry Allen, di mana dalam sekali menyelam ia mencatat setidaknya terdapat 283 jenis ikan. Jumlah yang sangat mencengangkan untuk satu kali penyelaman.

Pemandangan bawah laut di Raja Ampat

Sumber Foto: dunialaut.com
Titik penyelaman lainnya adalah di Sardine Reef dengan kedalaman sekitar 10 meter. Tempat ini menyajikan berbagai jenis ikan termasuk ikan parrotfish yang memiliki warna yang cemerlang. Apabila ingin mencoba sensasi berada dalam terowongan batu karang, wisatawan dapat menyelam di sekitar Kepulauan Kaboei Bay Rock. Di kepulauan ini terdapat sebuah teluk yang di bawahnya merupakan sebuah terowongan batu karang. Di Kaboei Bay Rock juga terdapat gua-gua karang yang dihuni oleh kelelawar, serta di beberapa tempat ditemukan sisa-sisa tulang manusia.
Masih banyak lagi titik-titik penyelaman yang dapat ditelusuri oleh para penyelam, seperti di The Passage, Pulau Fam, serta Pulau Misool. Selain menikmati kekayaan biota laut, wisatawan dapat pula menikmati situs-situs sejarah bawah laut, di antaranya kapal perang serta pesawat tempur yang karam di perairan Raja Ampat. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa menikmati keindahan pulau-pulau di wilayah Raja Ampat. Daratan pulau-pulau di kawasan ini relatif masih perawan, laguna dan teluknya cukup terlindungi, memiliki hamparan pantai yang mempesona, serta laut yang jernih.
Bekas pesawat tempur yang tenggelam di perairan Raja AmpatSumber Foto: dunialaut.com

C. Lokasi

Wisata bahari Raja Ampat terletak di Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat, Indonesia.

PARIWISATA NTB

1. Gunung Rinjani, NTB

Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, sampai mahasiswa pecinta alam. Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus.ini merupakan tempat pariwisata yang sangat indah, , , ,@

Minggu, 13 November 2011

pariwisata lampung

jalan- jalan sore di pantai indah kapuk

keidahan pariwisata

Pulau Pasir
Pulau ini terdapat di kawasan Tanjung Kelayang , Belitung.
Perjalanan dari bibir Pantai Tanjung Kelayang dengan perahu ke Pulau Pasir ini sekitar 20 hingga 30 menit.
Saat mengarungi laut menuju ke Pulau Lengkuas , kapal atau perahumu pasti akan melewati sebuah gundukan pasir putih yang indah.
Pulau Pasir, Belitung
Pulau Pasir pada jam 3 sore hari. Sudah mulai tertutup air, kan? Foto: Susy/Grup Gramedia Majalah
Para pemandu wisata di Pulau Belitung menyebut gundukan pasir yang muncul di tengah laut itu dengan nama Pulau Pasir.
Pulau Pasir muncul saat air laut surut (sekitar jam 9 pagi) dan akan mulai tertutup air lagi saat laut pasang (sekitar jam 3 sore).
Weh, weh, mesti pas lho, waktunya jika ingin menikmati keindahan Pulau Pasir ini.
Di Pulau Pasir, teman-teman akan merasakan halus dan lembutnya gundukan pasir putih itu.
D uuuhh.. haluuuuss banget saat kita menginjakkan kaki di sana!
Kamu juga bisa berenang-renang di sekitar tepiannya. Asyiknya lagi, kamu bisa bermain dengan bintang laut   besar yang banyak terdapat di sekitar gundukan pasir putih itu.
Woooww.. baru sekali itu, lho Nesi melihat dan memegang langsung bintang laut.
Pulau Pasir, Belitung
Bintang laut yang bertebaran di sekitar Pulau Pasir Belitung. Foto: dok. Susy Putranti
Tajam kalau dipegang bagian atasnya, dan geli-geli gimanaa gitu, kalau dipegang bagian bawahnya.
Karena, di bagian bawah bintang laut terdapat alat pernafasannya yang kecil-kecil.
Hihihi.. geliii banget. Tapi menyenangkan.
Saran Nesi, datanglah ke Pulau Pasir Belitung  ini saat pagi hari dan belum banyak wisatawan yang mampir di pulau tersebut. Kalau sudah ramai, nggak terlalu enak.
Eeeh.. jangan lupa ya, foto-foto di Pulau Pasir.