DAFTAR ISI

Senin, 05 Desember 2011

pariwisata hutan mangrove bengkalis



KEINDAHAN ALAM MANGROVE: Keindahan mangrove seperti ini bisa terlihat di Sungai Kembung, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Bahkan keindahan alam bahari mangrove ini memanjang hingga puluhan kilometer membentang di sepanjang Sungai Kembung.(istimewa)
Laporan ERWAN SANI, Bengkalis
erwansani@riaupos.com

Rimbun dan hijaunya pohon bakau dan sejenisnya merupakan pemandangan yang sangat eksotik di sepanjang Sungai Kembung. Selain keindahan di sepanjang sungai tak kalah menariknya pemandangan di kuala sungai yang berbatasan dengan Teluk Tualang dan Pantai Tanjung Sendekip nan indah. Apalagi  ditambah dengan nuansa Selat Melaka menjadi pemandangan menarik semua orang.
Burung pemakan udang dan burung camar perlahan melayang di udara dan seketika berkelebat secepat kilat hinggap di ranting di celah pepohonan yang tumbuh menghijau di aliran Sungai Kembung. Embun pagi yang masih sangat tebal tampak menutupi jarak pemandangan pagi yang cerah saat itu. Dinginnya embun membuat kulit pagi itu terasa mengerut walaupun sudah ditutupi dengan jaket agak tebal.
Pagi itu Riau Pos, mencoba bertualang dan melihat keindahan alam di sepanjang aliran Sungai Kembung yang ukuran panjangnya mencapai 20 kilometer lebih yang memisahkan dua beberapa desa di Kecamatan Bantan. Terutama memisahkan Desa Teluk Pambang, Kembung Luar dan Desa Pematang Duku.
Sungai yang memiliki ratusan anak sungai ini benar-benar menjadi ladang bagi masyarakat terutama untuk mendapatkan kayu bakar dan juga mencari ikan. Pasalnya sungai air masin ini benar-benar menjadi tempat berkembang biaknya berbagi jenis ikan dan seafood lainya. Mulai dari ikan sembilang, gerut, senangin, kakap, kurau, sedak, udang, kepiting dan jenis ikan lainnya.
Hal ini disebabkan rimbunan hutan mangrove tumbuh dan berkembang di sepanjang sungai yang menjadi tempat tumpuan masyarakat terutama memenuhi nafkah sehariannya. Sungai Kembung bukan saja menjadi tempat berteduh atau tempat berlabuhnya ratusan kapal motor milik nelayan ketika angin di Selat Melaka menggelora. Akan tetapi menjadi jalur transportasi dan juga tempat budi daya ikan yang hingga saat sekarang masih saja berlangsung.
Hutan mangrove yang terdiri dari bakau, nyirih, belukap, cingam, batang perepat, kedabu dan berembang terjaga dengan baik, membuat susana di sepanjang sungai ini terlihat begitu menawan hati setiap orang yang datang dan berkunjung daerah ini. Selain lebat dan menghijaunya dedaunan mangrove, kicauan burung juga masih terdengar jelas ketika melintas di beberapa anak sungai cukup besar di Pulau Bengkalis tersebut.
Saat itu Riau Pos dengan menggunakan tuako (perahu yang biasa digunakan masyarakat mengangkut kayu bakau,red) mulai mengayuhkan dua dayung yang ada di kiri kanan. Sungai yang sangat tenang dan saat itu air sungai belum terjadi pasang naik membuat tuako tak kesulitan melaju mengarah ke kuala Sungai Kembung.
Udara yang sehat keluar dari dedaunan jutaan pohon mangrove benar-benar menyegarkan tubuh dan pernapasan pagi itu. Sembil terus mengayuh dayung dan memakan waktu hampir 40 menit, akhirnya Riau Pos tiba juga di Kuala Sungai Kembung yang berhadapan langsung dengan Selat Melaka. Pagi itu Riau Pos ditemani Amrullah (26) sengaja untuk melihat keindahan Sungai Kembung mulai dari hulu Sungai Sungai Rambai merupakan salah satu anak Sungai Kembung hingga ke kuala.
Setibanya di Kuala Kembung ratusan kapal pompong milik nelayan tampak bertambat di salah satu pelabuhan milik masyarakat yang terletak tak jauh dari Kuala Kembung tersebut. Bukan itu saja, belasan kapal pompong milik nelayan tampak mulai menepi menuju kualau kembung untuk menjual ikan hasil tangkapannya pada malam hari.
Saat itu Riau Pos, sempat berhenti di salah satu pelabuhan milik Asiong (50). Di pelabuhannya ini bukan saja puluhan kapal pompong milik masyarakat yang bertambat akan tetapi juga bisa melihat belasan tambak budidaya ikan laut.
‘’Kalau hari minggu di sini ramai orang mancing. Apalagi kalau air pasang naik kecil,’’ jelasnya.
Orang-orang yang mancing itu, kata pemuda akrab dipanggil Am ini, pada umumnya mereka menyewa pompong dan mereka berasal dari luar terutam dari Kota Bengkalis dan daerah lainnya. ‘’Sangking menarik dan banyaknya ikan di Sungai Kembung ini pernah Gubernur Riau Hm Rusli Zainal datang dan membuka secara resmi perlombaan mancing di sini,’’ jelasnya.
Sebetulnya, kata Asiong yang saat itu sedang memilih ikan yang baru diterimanya dari nelayan, Sungai Kembung ini sangat indah dan cantik. Apalagi Sungai Kembung ini sudah ramai dari dulu kala, karena sungai ini menjadi jalur transportasi masyarakat, terutama mengangkat barang dagangan yang datang dari Pekanbaru, Bengkalis bahkan Malaysia. ‘’Kalau sekarang untuk ke Malaysia warga yang membawa kopra atau barang yang diizinkan pemerintah tetap melalui Sungai Kembung ini. Sebab sungai ini termasuk sungai yang dalam dan teduh,’’ jelasnya.
Setelah istirahat sejenak di Kuala Kembung kami mulai mengayuh sampan kembali menuju Pantai Tualang yang merupakan teluk yang terletak di sisi kanan Tanjung Sedekip.
Setibanya di pantai yang penuh dengan daun setu dan air cukup jernih ketika angin tak bertiup kencang ini membuat Riau Pos terpana. Pasalnya ratusan pohon perepat yang berbaris di sepanjang pinggir pantai hingga menuju tanjung. Hijau pohon perepat bukan hasil dari tanaman masyarakat ini tumbuh secara alaminya. Hal ini mungkin disebabkan pantai ini selalu terlindung oleh angin kuat, sehingga pohon kayu sejenis mangrove bisa tumbuh dengan sendirinya.
‘’Kalau pantai yang paling bagus menurut saya di tualang inilah. Walaupun di Pambang ada pantai Parit I, Parit II dan Parit III, tapi yang paling indah di sini. Hanya saja tak ada penduduk di sini,’’ jelas Amrullah.
Setelah menikmati eksotik alam pantai Tualang dan Tanjung Sedekip akhirnya Riau Pos kembali ke Sungai Kembung. Tanpa sadar saat itu jam di tangan menunjukkan pukul 17.30 WIB. Sehingga tiba di hulu Sungai Rambai sudah pukul 19.00 WIB. Namun perjalanan di sepanjang Sungai Kembung bukannya gelap gulita akan tetapi terang benderang. Karena terangnya lampu yang berada di badan ribuan kunang-kunang di pohon bakau membuat pemandangan malam itu di Sungai Kembung sangat menakjubkan.
Hijau dan rimbunannya pohon mangrove di sepanjang Sungai dan di bibir Pantai Tualang dan Tanjung Sedekip ini membuat orang untuk tetap tertarik untuk datang kembali. Tapi tinggal bagaimana cara untuk pemerintah untuk mengeksposenya sehingga hutan mangrove yang ada di Bengkalis bisa menjadi tempat wisata menarik bagi masyarakat, mulai dari wisata pancing hingga wisata alam lainnya.
Patut Jadi Tempat Wisata
Pengembangan tempat wisata agar menjadi tujuan masyarakat secara umum tentu kerja sama berbagai pihak perlu dilakukan. Mulai dari kerja sama masyarakat setempat, pemerintah setempat hingga ke pemerintah kabupaten. Karena untuk mengetahui potensi alam itu tak terlepas dari perhatian pemerintah bagaimana untuk memperkenalkan secara masal di Riau maupun secara nasional.
Seperti harapan dari Kepala Desa Teluk Pambang M Ayub, dirinya menilai keberadaan Sungai Kembung yang dipenuhi dengan hutan mangrove terutama jutaan pohon bakau. Dan saat sekarang masyarakat juga ikut andil untuk menanam pohon bakau di lahan-lahan tidur mereka menjadi modal bagaimana Sungai Kembung menjadi ikon wisata terdepan nantinya.
‘’Kita sudah berupaya bagaimana Sungai Kembung dikenal banyak orang. Salah satunya tentu dengan cara melakukan perlombaan mancing. Dan Alhamdulillah Gubernur Riau juga hadir membuka perlombaan mancing di Sungai Kembung tersebut,’’ jelas Ayub.
Menurut Ayub, sebenarnya Sungai Kembung menjadi tujuan masyarakat, terutama yang hobi mancing sudah sejak lama. ‘’Hanya sebatas itu saja dan belum ada pengembangan lainnya. Padahal kita dekat dengan Malaysia, jika dikembangkan dengan maksimal, saya yakin Sungai Kembung dan Pantai yang berada di Kuala Kembung bisa menjadi objek wisata menjanjikan, dan bisa meningkatkan pendapatan bagi masyarakat,’’ jelas Ayub.
Pengamat Ekonomi Riau, Drs Syamsir MM juga menegaskan untuk bibir pantai di Sepanjangan Desa Teluk Pambang dan Sungai Kembung merupakan objek baru untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Bengkalis. ‘’Apalagi untuk hutan bakau di Sungai Kembung cukup banyak. Sedangkan untuk di Kuala Kembung, Pantai Tualang dan Tanjung Sedekip cukup jauh menjorok ke Selat Malaka dan pantainya keras menjadi modal untuk pengembangan wisata,’’ tegas Syamsir.
Akan tetapi hal ini tetap akan menjadi harapan bagi masyarakat saja, jika tak ada motivasi dari pemerintah untuk pengembangannya. ‘’Saya yakin jika didatangkan investor untuk survei mereka bisa tertarik untuk melakukan pengembangan. Karena hasil laut dan sungai itu cukup melimpah, tinggal bagaimana untuk mengembangkannya,’’ kata Dosen Unri ini lagi.
Di sepanjang Sungai Kembung itu nantinya bisa saja dibuat tambak ikan, tempat pembibitan sea food, baik itu lokan, sepetang, siput dan kepiting. ‘’Hutan bakau lebat, kita yakin jika dikembangkan usaha seperti pasti bisa. Tapi kalau masyarakat sendiri mengembangkan tentu lambat, tapi kalau ada peran pemerintah saya yakin bisa berkembang,’’ tegasnya.
Sebenarnya potensi alam yang ada di Pulau Bengkalis, khususnya di Teluk Pambang sudah terkenal sejak dulu. Karena di Desa ini merupakan salah satu tempat penghasil ikan cukup besar di Pulau Bengkalis. Bahkan hasil tangkapannya banyak diekspor ke luar negeri. Jadi untuk desa terletak paling timur di Pulau Bengkalis tersebut mempunyai potensi alam cukup besar. ‘’Apalagi jarak menuju negara jiran Malaysia hanya hitungan jam saja. Dan hasil alamnya mudah diekspor. Jadi jika dikembangkan wisata tambak ikan, budidaya makanan laut dan wisata mangrove saya yakin Sungai Kembung menjadi ikon wisata baru di Riau,’’ tegasnya.
Pemkab Siap Kembangkan Wisata Hutan Mangrove
Potensi alam mangrove yang cukup besar di Kabupaten Bengkalis, terutama terletak di Pulau Bengkalis dan Rupat bukan tak mungkin di kabupaten tertua di Riau ini bisa mengembangkan wisata baru dan menjadi tujuan banyak orang. Sehingga bisa meningkatkan PAD bagi daerah dan pendapatan masyarakat.
Perkembangan hutan mangrove ini sudah diupayakan pemerintah sejak lama, terutama memberikan masukkan kepada masyarakat agar membudidayakan tanaman bakau. Terutama mengisi lahan tidur yang berada di garis pantai dan pinggir sungai dengan menanam anakan bakau. Dan program ini bisa dikatakan berhasil, karena hampir seluruh masyarakat telah menanamkan anakan bakau dan sekarang sudah besar. Saat sekarang juga masyarakat sudah sadar pentingnya pohon bakau dan sudah memelihara anakan bakau sehingga sepanjang sungai yang ada sudah hijau kembali dengan bakau.
Menyikapi potensi besar beberapa sungai yang ada di Kabupaten Bengkalis untuk dijadikan wisata tambak dan mangrove, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis, Hermizon menegaskan bahwa untuk pengembangan wisata tersebut harus mempunyai perencanaan matang terutama bekerja sama antar instansi. ‘’Wisata itu bagus, hanya saja untuk pengembangan itu kita tetap kerja sama dengan instansi lainnya yaitu Dinas Perkebunan,’’ jelasnya.
Diakuinya untuk pengembangan wisata Pemkab Bengkalis sangat komit, namun jika pengembangan wisata berkenaan dengan alam tentu keterlibatan semua pihak harus dilakukan. ‘’Mulai dari masyarakat atau daerah bakal dikembangkan wisatanya, Dinas Pekebunan dan juga kehutanan.’’ kata Hermizon.
Sebagai Dinas Pariwisata tentu untuk pengembangan wisata alam terutama mangrove tentu tak memiliki lahan. Tapi untuk meningkatkan perhatian terhadap penghasilan masyarakat bukan tak mungkin pengembangan wisata, terutama wisata tambak dan hutan mangrove dilakukan segera. ‘’Ini bakal kita bicarakan dan bakal kita agendakan sehingga melihat lokasi atau daerah mana saja tepat untuk didirikan tempat wisata. Jadi untuk pengembangan wisata perlu kajian dari berbagai aspeklah,’’ ucapnya.
Lanjut dia, pengelolaan wisata bahari dengan obyek hutan mangrove belum banyak dilakukan daerah lain. Mengingat tidak semua daerah memiliki hutan mangrove dan ini menupakan keuntungan bagi Kabupaten Bengkalis untuk mengembangkan potensi yang ada menjadi lebih bermanfaat.
Dijelaskan Hermizon, obyek wisata yang memiliki keindahan alam menantang saat ini masih menjadi trend. Bahkan sekadar sawah, jika penataan dan konsepnya bagus ternyata juga mampu menarik wisatawan. Apalagi hutan mangrove yang lebih eksotik, pasti akan lebih laku dijual.
‘’Terlepas dari alasan di atas saya sangat setuju dengan gagasan tersebut, sebab jika ada penetapan kawasan wisata hutan bakau di pesisir Bengkalis, diharapkan ada perhatian serius dalam program rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove, terutama oleh pemerintah. Mengingat hutan yang ada di sepanjang pantai saat sekarang sudah pulih kembali,’’ jelasnya.
Ini harapan baru bagi Pemkab Bengkalis bagaimana untuk berupaya mengembangkan wisata hutan mangrove dan wisata bahari yang ada. Karena keindahan pulau tak terlepas dari kelestarian alamnya terutama rerimbunan pohon mangrove dan seisinya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar